No : 35
Kelas : XI TJKT 2
Berawal dari Komputer Bekas, Donny Sukses Bangun Bisnis IT dan Malang Strudel
Awalnya, sang ayah membelikan Donny komputer bekas saat dia masih duduk di bangku SPM. Dari situ, dia jadi hobi mengotak atik komputer bekasnya dan banyak membaca soal komputer.Kemudian sewaktu SMA, Donny memberanikan diri membuka usaha servis komputer dan pembuatan desain brosur.
Pas mau ujian akhir, ada tetangga yang minta bantuan saya bikin perangkat untuk wartel (warung telepon),” ujar pria kelahiran Malang, 20 April 1982 ini. Meski tidak punya pengalaman sedikit pun, dia menyanggupi permintaan tersebut. Hasilnya, Donny memang berhasil merampungkan pekerjaan membuat wartel dalam tempo empat hari. “Keuntungannya lumayan, saya lupa persisnya, tapi lebih tinggi daripada gaji karyawan,” ungkapnya.
Sejak itu, Donny makin mantap mengambil jurusan teknik informatika saat kuliah. Ia pun kuliah di Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI), Malang. Sewaktu kuliah, Donny juga membuka usaha di bidang komputer. berbekal modal Rp 1 juta Donny dan tiga teman kampusnya membuka jasa rakit komputer, pengetikan hingga desain. Di sisi lain, Donny punya kesibukan sendiri membuka kursus komputer untuk anak SMP. Tapi, kongsi dengan tiga temannya bubar di tengah jalan gara-gara tidak satu visi lagi. Donny akhirnya meneruskan usaha toko komputer seorang diri, sambil tetap kuliah dan memberi les komputer.
Lantaran sering mengajari komputer ke anak-anak SMP, ia terinspirasi untuk membuat tutorial panduan belajar dasar-dasar komputer bagi pemula dalam bentuk cakram padat (CD). Keinginan itu terwujud setelah Donny lulus kuliah pada 2004. Untuk berbisnis CD tutorial itu, ia mengibarkan bendera usaha dengan nama Simply and Smart Interactive. Modal awal senilai belasan juta rupiah dia dapatkan dari meminjam ke orangtua. Ternyata, CD tutorial komputer buatan Donny dapat respons bagus. Bahkan bukan cuma pelajar, banyak juga sekolah yang tertarik pada CD tutorial besutan Donny.
Berangkat dari antusiasme itu, ia menciptakan berbagai macam perangkat lunak alias software untuk kebutuhan pendidikan. Mulai software laboratorium bahasa, perpustakaan, hingga manajemen sekolah yang membantu pengaturan akademis. Usahanya terus berkembang. Pada 2007, dia pun membentuk perseroan terbatas (PT) dengan nama WinnerTech Lintas Nusa.
Produknya tersebut kemudian berhasil menembus pasar ekspor. Hingga saat ini, WinnerTech telah mengantongi puluhan paten di bidang pendidikan. Pada 2009, untuk pertama kali Doddy mengekspor produknya ke Arab Saudi. Ini tak lepas dari jaringan yang ia rajut dengan rajin ikut seminar dan forum bisnis. Dia juga kerap mengikuti pameran pendidikan internasional di Jakarta.
Kisah Inspiratif, Usaha Servis Komputer Jinjing di Tasikmalaya
Susanto (36), ayah dua anak warga Villa Perdania No. R2 Kelurahan Setiamulya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya ini bercita-cita mencetak wirausahawan dan wirausahawati yang tak perlu mengeluarkan modal besar. Ide dan gagasannya itu muncul dari pengalamannya yang sempat terpuruk di sisi ekonomi.
Berbekal pengalaman yang telah menempanya bertahun-tahun dengan beragam upaya untuk bertahan hidup, kini ia ingin berbagi pengalaman dengan orang-orang yang pernah bernasib serupa dengan dirinya. Sekarang dia berbagi ilmu kepada generasi muda yang masih menganggur agar bisa menjalankan usaha menjual jasa servis komputer jinjing.
Putra kedua dari pasangan Kimin Sumanto (61) dengan Atmi Indrawati (48) ini telah berhasil mencetak 28 orang anak didik yang kini telah mandiri membuka usaha sendiri di lingkungan masing-masing. Pendidikan keterampilan yang diinisiasi Susanto semakin meluas karena tersebar dari mulut ke mulut.
Tak hanya itu, karena merasa terpanggil oleh anak-anak dan orang tua yang kesulitan membeli kuota untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ), Susanto akhirnya berinisiatif membangun sistem RT/RW net. Sistem tersebut merupakan jaringan internet nirkabel yang bisa dijangkau oleh sejumlah pengguna dan radius terbatas.
Untuk bisa mendapat akses jaringan internet yang mampu menjangkau sekitar 200 rumah di sekitar lingkungan tersebut, Susanto menjual akses dengan sistem voucher. Voucher ia jual Rp3.000 dengan akses internet maksimal 3 jam penggunaan. Sistem RT/RW itu cukup membantu warga di sana, terutama yang memiliki anak yang wajib mengikuti PJJ setiap hari.
Kepedulian-kepeduliannya kepada masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, papar Susanto, karena ia terlahir dari keluarga pas-pasan. Sang ayah, Kimin Sumanto saat dirinya kecil bekerja sebagai buruh pabrik bata di Kampung Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat.
Separuh waktu yang mestinya dimanfaatkan untuk bermain di masa anak-anak tambah Susanto, tak sempat ia nikmati karena setiap pulang sekolah harus membantu ayahnya mencetak bata.
Namun perjuangan dan doa seorang ayah, tak menyurutkan semangatnya untuk membekali anaknya dengan pendidikan. Pada tahun 2006 Susanto mendaftar untuk menuntut ilmu di Universitas Siliwangi, Fakultas Ekonomi, Jurusan Managemen. Sayangnya, di perguruan tinggi itu Susanto terpaksa keluar karena pihak fakultas tidak mengikutkannya dalam Ujian Akhir Semester akibat menunggak biaya kuliah sebesar Rp 3,8 juta.
Keinginan yang kuat untuk tetap menempuh pendidikan di jenjang perguruan tinggi terus mendorong Susanto tak menyerah berusaha keras. Pada 2007, ia kemudian mendaftar ke Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STIMIK) Tasikmalaya.
Ia bersemangat kuliah di sana karena biayanya lebih murah, saat itu hanya Rp1.925.000 per semester. Meskipun selalu menunggak tiap semester, ia tetap berhasil menjadi seorang sarjana komputer dengan IPK 3,25.
Keuletan Susanto juga membuahkan prestasi, sehingga pihak STIMIK memberi kesempatan untuk mengabdi di perguruan tinggi tersebut dengan menjadi dosen. Dia juga mendapat kesempatan melanjutkan kuliah S-2 di Universitas Dian Nuswantoro Program Beasiswa Unggulan 2 Jawa Barat tahun 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar